Jumat, 18 Desember 2015

MOTIVASI

Pengertian Motivasi

Kata motivasi memiliki kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. (Abdurrahmat Fathoni, 2006: 81)

Malayu S.P. Hasibuan (2001: 95) mengemukakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Perbedaan tingkatan motivasi individu dalam organisasi sangat mempengaruhi hasil kerja dan kinerjanya dalam organisasi. (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006: 164)

Teori Motivasi
2.1.3.2.1 Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor–faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. (Malayu S. P. Hasibuan, 2001: 103).
1. Teori Motivasi Klasik
Teori motivasi klasik (teori kebutuhan tunggal) ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor. Teori ini menunjukkan bahwa motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 104) 

2. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)
Maslow mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua prinsip. Pertama, kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam satu hirarki dari kebutuhan terendah sampai kebutuhan tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki. (T. Hani Handoko, 2000:256)

3. Teori Dua Faktor Dari Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa ada dua faktor yang berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Kedua faktor tersebut adalah : 
a. Faktor yang dapat memotivasi (motivation factor) adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk memiliki pekerjaan dengan kepuasan yang menantang agar benar-benar termotivasi, sehingga menambah kepuasan kerja, faktor ini meliputi faktor prestasi, pengakuan/penghargaan, tanggung jawab, faktor pekerjaan serta faktor memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam bekerja. (Miftah Thoha, 2008: 230)
b. Faktor Kebutuhan Kesehatan Lingkungan Kerja (hygiene factor) adalah faktor-faktor yang bersifat mencegah penurunan semangat kerja dan dapat menghindarkan kekacauan yang menekan produktivitas, faktor ini dapat berbentuk upah/gaji, hubungan antar pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan dan proses administrasi di perusahaan. (Miftah Thoha, 2008: 230)

4. Teori Prestasi Dari Mc Clelland (Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory)
Mc Clelland mengelompokkan tiga tingkatan kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, yaitu kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Mc Clelland menyatakan bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. (J. Winardi, 2007:81)

5. Teori Keberadaan, Afiliasi dan Kemajuan dari Alderfer (Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory) 
Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama, yaitu kebutuhan akan keberadaan (existence needs) yang berhubungan dengan kebutuhan dasar, kebutuhan akan afiliasi (relatedness needs) yang menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan bermasyarakat serta kebutuhan akan kemajuan (growth needs). (Ike Janita Dewi, 2006: 80) 

6. Teori Motivasi Human Relation
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya dan menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115)
7. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu, keamanan kerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, pengakuan yang wajar dan pengakuan atas prestasi. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115) 

Teori Motivasi Proses
Malayu S.P. Hasibuan (2001: 116) menyatakan bahwa teori motivasi ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Teori motivasi proses dikenal antara lain:

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori harapan ini didasarkan atas harapan (expectancy), nilai (valence) dan pertautan (instrumentality). (Azhar Arsyad, 2002: 74)
2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori motivasi ini menyatakan bahwa keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa individu, yang bekerja dalam rangka memperoleh tukaran imbalan dari organisasi, dimotivasi oleh suatu keinginan untuk diperlakukan adil di pekerjaan. (Kreitner dan Kinicki, 2005: 293)
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Teori pengukuhan ini terdiri atas dua jenis pengukuhan, yaitu pengukuhan positif dan pengukuhan negatif. (Robbins dan Judge, 2008: 244) 

Motivasi Berprestasi

Istilah motivasi berprestasi merupakan perpaduan dari dua istilah “motivasi” dan “prestasi” yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi.

Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya.

Senada dengan pendapat di atas, Santrork (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Gagne dan Barliner (1975: 77) menambahkan bahwa motivasi berprestasi adalah cara seseorang untuk berusaha dengan baik untuk prestasinya.

Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi.

Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan atau melakukan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan sebagai pembanding, meskipun dalam usaha melakukan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan yakni gagal atau berhasil. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk standar keunggulan prestasi dicapai sendiri sebelumnya dan layak seperti dalam suatu kompetisi.

McClelland (1987) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian dan standar keahlian. Sedangkan Keith & Nastron (1989) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menunjukkan usaha yang lebih besar dan ulet. 

Dalam teori expectancy-value Atkinson (1960: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang didasarkan atas dua hal yaitu, adanya tendensi untuk meraih sukses dan adanya tendensi untuk menghindari kegagalan. Pada dasarnya keadaan motif itu dimiliki oleh individu, namun keduanya mempunyai keadaan berbeda-beda dalam berbagai situasi dan kondisi menurut adanya prestasi. Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34) mengemukakan bahwa keberhasilan individu untuk mencapai kebehasilan dan memenangkan persaingan berdasarkan standar keunggulan, sangat terkait dengan tipe kepribadian yang memiliki motif berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk menghindari kegagalan begitu pula sebaliknya, apabila motif menghindari terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi berprestasi seseorang cenderung rendah

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk menggerakkan, mengarahkan dan mengontrol perilakunya dengan segala kemampuan terhadap aktivitas yang dilakukan untuk mencapai prestasi maksimalnya

Karakter Motivasi Berprestasi

McClelland (1978: 77) mengemukakan bahwa ada 6 karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu :
1) Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya.
2) Bertangungjawab, yaitu mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang dicitacitakan berhasil tercapai.
3) Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil.
4) Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya.
5) Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang-peluang dan menggunakan kesempatan untuk dapat menunjukkan potensinya
6) Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang bersifat prestatif dan kompetitif

Faktor-faktor Motivasi Berprestasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Elliot dan Church (dalam Lahey, 2007) mengatakan ada tiga faktor penting dalam motivasi berprestasi, antara lain:
a. Menguasai tujuan
Orang yang menguasai tujuan akan termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari informasi yang baru dan menarik.
b. Pendekatan pelaksanaan tujuan
Orang yang memiliki pendekatan pelaksanaan tujuan yang tinggi bermotivasi untuk melakukan yang terbaik agar mendapatkan rasa hormat dari orang lain.
c. Pendekatan menjauhi tujuan.
Orang yang tinggi pada area ini bermotivasi untuk bekerja keras agar dapat menghindari hasil yang buruk. 

Berliner dan Gage (1991) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi pada individu dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:
a. Minat
b. Kebutuhan berafiliasi, berprestasi serta kekuasaan
c. Nilai yang berkaitan dengan orientasi yang dianggap dan baik bagi individu
d. Sikap yang berkaitan dengan perasaan suka dan tidak suka yang melibatkan unsur kognitif
e. Aspirasi yang berkaitan dengan harapan sukses dan realistik 
f. Insentif sebagai sumber keputusan pribadi yang diterima atas kemauan sendiri

Mc Clelland (1987) memberikan penjelasan yang berbeda mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi sebagai:

a. Bertanggung Jawab
Individu mempunyai perhitungan dan pertimbangan secara matang karena memiliki tanggung jawab terhadap pemecahan masalah yang telah dibuatnya. Tanggung jawab ini ditunjukkan dengan memiilih tantangan, resiko yang sedang. Dengan demikian benar-benar melaksanakan suatu pekerjaan tanpa adanya beban karena individu memilih resiko yang sebanding dengan kemampuannya.
b. Memanfaatkan Umpan Balik (feed back)
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya menyenangi umpan balik secara riil dan cepat dari apa saja yang telah dilakukannya sehingga dengan cepat pula individu akan memutuskan apabila hasil yang dicapai kurang memuaskan untuk beralih pada aktivitas lain jika hasil yang diperoleh telah maksimal.
c. Inovatif
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu berupaya mencari informasi baru. Individu kelihatan tidak banyak istirahat dan ingin selalu berubah yang didasari oleh sikap yang berorientasi ke masa depan
d. Sukses dalam pekerjaan
Individu mempunyai kinerja yang baik dan pantang menyerah hasil dari dorongan motivasi menjadi prediktor kesuksesannya dalam bidang yang ditekuninya.
e. Menetapkan sasaran yang menantang
Individu akan mempertimbangkan terlebih dahulu resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai suatu pekerjaan dan cenderung lebih menyukai permasalahan yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, menantang namun memungkinkan untuk diselesaikan.

Steer dan Porte (1991) menjelaskan secara berbeda mengenai tiga faktor motivasi berprestasi pada individu, yaitu:
a. faktor arah, yaitu perilaku yang timbul berupa perilaku yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
b. Faktor energi, yaitu kekuatan atau usaha yang menyebabkan terjadinya perilaku
c. Faktor keajegan, yaitu adanya usaha untuk memelihara dan mempertahankan perilaku kerja sampai tujuan. 

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, diperoleh suatu rumusan baru tentang faktor-faktor motivasi berprestasi yaitu meliputi: menghendaki umpan balik (feed back), berorientasi pada keberhasilan, tahan terhadap tekanan dan menetapkan sasaran yang menantang .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar